Jumat, 28 Januari 2011

TENTANG DAKWAH

Teringat kembali aku akan nasehat Syaikhut Tarbiyah, Ust. Rahmat Abdullah, tentang
dakwah…

Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang…

“ Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)


Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah. : In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah…. Ya Alloh, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran….aamiin.
sumber: islamedia.com

Kamis, 27 Januari 2011

UKHUWAH ITU INDAH

oleh : sofyan De lubis
suatu pertanyaan yang selalu mengelimuti hatiku adalah mengapa Allah menciptakan sela-sela kosong diantara jari jemari kita. aku berusaha mencari jawabanya. aku mulai mendapat petunjuk ketika aku mendapati sebuah ayat Al Qur'an yang berarti "Yaa Rabb,, tidak lah engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia" Allah menciptakan sesuatu pasti ada manfaat nta untuk kita... termasuk sela kosong di antara jari ini. Allah menciptakan sela kosong ini dengan alasan supaya ada yang mengisinya. manum menjadi pertanyaan lagi siapa yang akan mengisi kekosongan ini.

jawabanya Aku temukan lagi dalam Al Qur'an "Sesungguhnya oreang-orang mu'min itu bersaudara"  itulah jawabannya bahwa sesama kita itu bersaudara. saudara kita inilah yang nantinya akan mengisi kekosongan di sela jari kemari kita. mereka adalah sahabat kita yang menjadi penuntun kita pada cahaya, senang jika kita berada di jalan yang benar manun merasa sedih jika kita terjerumus kedalam lembah kenistaan. mereka adalah saudara yang sebagai mana tercacat dalam Al qur'an "saling menasehati kepada kebenaran dan kesabaran" mereka juga sadar akan nikmatnya ukhuwah. mereka sadar bahwa ukhuwah tak mengenal kesudahan, mengiringi dalam hidup sebagai penyeju, menyapa dalam kesendirian yang melelahkan. persaudaraan dengan mereka adalah persaudaraan yang kekal. tak mengenal kejenuhan. dan selalu punya sesuatu untuk di bagi, meski hanya sebait doa dan seikat nashihat.

saudara terbaik adalah harapan di tengah keputus asaan. sungguh indah jika kita bisa saling berbagi saling menyayangi, saling menguatkan. namun untuk sekarang ini, kita di hadapkan pada situasi di mana ada faham yang saling mengklaim faham mereka benar mengedepankan ego dan mengesampingkan ukhuwah. padahal alangkah indah jika seandainya ukhuwah bisa di satukan dan di kedepankan. kita tidak menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang buruk tapi kita anggap perbedaan ini adalah sesuatu yang indah jika kita bisa memanage nya. mari kita analogikan dengan sebuah bangunan, coba kita fikir apa yang membuat bangunan itu menjadi kokoh dan kuat,...... ??? yups, jawabanya adalah bahwa bangunan itu di bentuk dari sebuah perbedaan  coba kita tafakkuri, dalam sebuah bangunan ada unsur semen,pasir, dan lainnya.. ketiga unsur itu tidak saling menonjolkan diri dan tidak saling menyombongkan  diri, ketiganya tidak pernah merasa diri hebat walaupun besi yang menguatkan tapi besi tetap di dalam sebagai penguat, coba bayang kan jika besi tiba -tiba ingin berada di luar. otomatis bangunan nya tidak akan kuat lagi,,, itulah analogi dari ukhuwah. kemudian ada analogi lain yaitu sebuah pelangi... apa yang membuat pelangi itu indah?? apakah karena warna merah, kuning, hijau atau warna yang lainya? tidak demikian,,, semua warna dalam pelangi berperan untuk memberikan keindahan... itulah ukhuwah indajh jika saling menguatkan dan saling mekengkapi.

itulah sesuatu yang terlupakan dari kita saat ini ... yuk kita tanamkan kembali semangat ukhuwah islamiyah yang dulu  di bangun oleh baginda Rasululloh SAW dan para sahabat. kita lahir kan kembali semangat persaudaraan kita tau bahwa kita itu ibarat satu tubuh yang bila salah satu bagian sakit maka bagian yang lain ikut merasakan sakit..... Ya Rabb,,, kuatkan lah tali ukhuwah ini satukan hati kami dalam Cahaya Mu, tetapkan langkah kami dalam menolong AgamaMu  Bimbing kami Untuk Senantiasa memberi yang terbaik UntukMu......... Aamin!